“Kau belum juga jatuh?”
suara itu datang dari bawah, samar, seperti gema dari tanah yang menunggu.
“Belum,” jawab daun dengan lembut.
“Aku masih mencoba menakar arah angin, barangkali ada satu hembus yang bisa kupercaya.”
Bayangannya tertawa tanpa suara.
“Apa yang kau cari di udara asing itu? Hidupmu digantung, matimu ditunda.”
Daun menunduk sedikit, retak di uratnya mulai terasa.
“Aku hanya ingin tahu rasanya hidup tanpa terburu waktu.
Aku ingin bertahan, bukan menentang, hanya agar semesta tahu aku pernah mencoba.”
Bayangan mendekat, wajahnya menyatu dalam bentuk samar di permukaan daun.
“Kalau begitu… saat waktumu tiba, jangan takut jatuh.”
Daun menutup dirinya dalam cahaya dini hari yang lembut.
“Aku tak takut.” bisiknya.
“Aku tahu. Tapi mungkin, selama aku masih menatap langit dari ujung ranting ini, aku masih bisa belajar menjadi hidup meski tak punya arah.” tersenyum retak.
“Aku hanya ingin jatuh dengan alasan, bukan karena angin.” tegasnya.
Dan di bawah cahaya samar yang hampir pudar, angin berhenti bertanya.
Sebab ia tahu, daun itu masih belajar hidup meski tahu dirinya perlahan menuju tanah.
Ia tak menyerah, hanya belajar ikhlas tanpa kehilangan makna bertahan hidup.
~ ESR 🍂

