“Berkuasa dulu, kita perbaiki dari dalam.” Kalimat ini seringkali terdengar menggoda, seolah-olah menawarkan harapan untuk perubahan yang lebih baik melalui kekuasaan. Namun, semakin saya merenungkan, semakin saya merasa skeptis. Kenyataannya, banyak individu yang telah berada di puncak kekuasaan, tetapi tidak kunjung melakukan perbaikan yang diharapkan.
Sebaliknya, mereka seringkali justru melakukan pembenaran untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Dalam banyak kasus, ambisi pribadi mengalahkan tanggung jawab sosial. Janji-janji perubahan yang diucapkan saat kampanye seringkali menghilang, digantikan oleh praktik-praktik yang hanya memperkuat status quo.
Ketika penguasa lebih fokus pada pelanggengan kekuasaan daripada melakukan perbaikan yang nyata, masyarakat menjadi korban. Rakyat yang berharap akan adanya perubahan justru menemukan diri mereka terjebak dalam lingkaran ketidakadilan dan ketidakpuasan. Keberanian untuk melakukan perubahan sejati tidak hanya membutuhkan kekuasaan, tetapi juga integritas dan komitmen terhadap nilai-nilai keadilan.
Saatnya kita menyadari bahwa kekuasaan tanpa niat baik untuk melakukan perbaikan hanya akan menghasilkan stagnasi. Kita perlu pemimpin yang tidak hanya mencari kekuasaan, tetapi juga berani mengambil langkah nyata untuk menciptakan perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat. Keberanian untuk bertindak, bukan sekadar berkuasa, adalah kunci untuk mencapai kemajuan sejati. Mari kita tuntut pemimpin yang tidak hanya berkuasa, tetapi juga peduli dan berkomitmen untuk memperbaiki keadaan.

