Oleh : Azian M. Safan
Kain tenun bukan sekadar lembaran kain bagi masyarakat Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Ia adalah simbol identitas, warisan budaya, dan media ekspresi estetika yang diwariskan turun-temurun.
Di Adonara, menenun bukan hanya keterampilan, tetapi tradisi yang lahir dari nilai-nilai komunitas. Motif seperti kewatek, kewatek bokan, dan berbagai ragam hias khas lainnya bukan sekadar corak, masing-masing mengandung cerita tentang alam, leluhur, dan hubungan manusia dengan lingkungan.
Kain tenun memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi masyarakat Adonara karena tidak hanya merepresentasikan warisan budaya, tetapi juga menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Aktivitas menenun telah memberikan kontribusi nyata bagi pendapatan rumah tangga, terutama bagi perempuan yang menjadikannya sebagai pekerjaan produktif di tengah keterbatasan lapangan kerja formal. Keunikan motif dan teknik tenun tradisional menjadi kekuatan utama yang dapat meningkatkan daya saing produk di pasar regional maupun nasional.
Meskipun demikian, optimalisasi pemanfaatan tenun masih menghadapi sejumlah hambatan, seperti terbatasnya akses pemasaran, kualitas produk yang belum seragam, serta kurangnya regenerasi penenun muda. Tantangan-tantangan ini menuntut adanya peningkatan kapasitas penenun, inovasi desain, penguatan standar kualitas, dan pemanfaatan teknologi digital untuk memajukan pemasaran dan memperluas jaringan distribusi.
Dengan dukungan kebijakan pemerintah, kemitraan dengan pelaku industri kreatif, serta keterlibatan aktif generasi muda, kain tenun berpotensi berkembang menjadi sektor ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Jika dikelola secara terpadu, kain tenun tidak hanya akan tetap terlestarikan sebagai identitas budaya masyarakat Adonara, tetapi juga mampu memberikan dampak ekonomi signifikan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

