Oleh: Riska Nurmala (Biro Kaderisasi PK PMII Universitas Pamulang 2019–2021)
Organisasi mahasiswa seharusnya menjadi ruang belajar kepemimpinan, intelektual, dan pengabdian sosial. Namun, dalam realitas masa kini, banyak organisasi mahasiswa mengalami krisis arah dan semangat. Aktivitas organisasi sering kehilangan makna ideologis dan lebih berorientasi pada seremonial semata. Sebagai seseorang yang pernah aktif di bidang kaderisasi, saya melihat bahwa krisis ini bukan hanya karena perubahan zaman, tetapi karena melemahnya sistem pembinaan kader dan semangat keilmuan di tubuh organisasi.
Analisis kecil akar masalah pada krisis organisasi mahasiswa dari sudut pandang Riska Nurmala sebagai Biro Kaderiasi PK PMII Universitas Pamulang 2019–2021 yaitu :
- Kaderisasi yang Tidak Berkelanjutan
Banyak organisasi mahasiswa hanya fokus pada rekrutmen anggota tanpa membangun proses pendampingan jangka panjang. Akibatnya, kader cepat merasa kehilangan arah setelah mengikuti pelatihan awal.
- Menurunnya Spirit Kolektif
Perubahan gaya hidup digital membuat interaksi kader lebih individualistik. Diskusi-diskusi ideologis yang dulu menjadi ciri khas organisasi mulai tergantikan oleh aktivitas seremonial dan media sosial.
- Kurangnya Integrasi antara Ilmu dan Gerakan
Kader sering terjebak pada aktivitas administratif tanpa mengembangkan kemampuan analisis, riset, dan intelektual. Akibatnya, organisasi kehilangan basis keilmuan yang kuat dalam setiap gerakannya.
- Kemandekan Kepemimpinan Regeneratif
Regenerasi berjalan secara formalitas, bukan karena kualitas. Hal ini menyebabkan munculnya kader yang aktif secara struktural, tetapi kurang memiliki visi dan kemampuan manajerial.
Gagasan Solusi yang bisa menjadi bahan dasar evaluasi :
- Rekonstruksi Sistem Kaderisasi Berbasis Proses dan Pengalaman
Kaderisasi harus diarahkan pada pembentukan karakter, kedalaman berpikir, dan kemampuan profesional. Setiap tahapan kaderisasi perlu dirancang sebagai learning process, bukan sekadar event-based training.
- Membangun Budaya Intelektual dan Diskursus Kritis
Organisasi harus menghidupkan kembali tradisi diskusi, riset kecil, dan kajian sosial. Ini penting agar kader terbiasa berpikir analitis dan mampu membaca realitas dengan perspektif ilmiah.
- Integrasi Teknologi dalam Pengembangan Organisasi
Dunia digital seharusnya tidak dimusuhi, tetapi dimanfaatkan. Organisasi dapat membangun platform digital kaderisasi, ruang belajar daring, atau publikasi online untuk memperluas jangkauan pendidikan kader.
- Pemberdayaan Ekonomi dan Profesionalitas Kader
Kemandirian ekonomi menjadi pondasi penting agar kader mampu berdaya secara sosial. Melalui pelatihan wirausaha, pengelolaan UMKM, dan jejaring kerja profesional, organisasi dapat menjadi wadah pemberdayaan nyata.
Krisis organisasi mahasiswa masa kini bukan tanda berakhirnya perjuangan, tetapi panggilan untuk pembaruan gerakan. Sebagai kader yang pernah belajar dari proses kaderisasi, saya percaya bahwa kekuatan organisasi terletak pada manusia yang berpikir, berkarakter, dan berkomitmen.
Membangun kembali organisasi berarti menanam nilai bukan hanya mengisi jabatan. Jika setiap kader mau memulai perubahan kecil dari dirinya sendiri, maka organisasi mahasiswa akan kembali menjadi rumah pembentuk generasi pemimpin masa depan cerdas, berdaya, dan berintegritas.

