Di sebuah kota yang penuh kesibukan, terdapat dua keluarga yang menjalani hidup dengan cara yang berbeda. Keluarga pertama terdiri dari Bagas dan Mara. Mereka telah menikah selama beberapa tahun, meskipun belum dikaruniai anak. Bagas, seorang manajer di perusahaan swasta, dan Mara, yang bekerja di toko swalayan, merasakan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Keharmonisan rumah tangga mereka menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar.
Di sisi lain, terdapat Dirga dan Kinan, pasangan muda yang penuh ambisi. Dirga, seorang dosen di kampus swasta, berusaha keras untuk mencapai impiannya, meskipun belum meraih gelar Profesor yang diidamkan. Kinan, yang sudah bergelar Profesor Madya, selalu mendukung suaminya, tetapi ada perasaan cemas di dalam hatinya karena belum memiliki keturunan.
Suatu hari, Dirga pergi ke toko swalayan tempat Mara bekerja. Saat mereka berinteraksi, Dirga tidak hanya membeli barang, tetapi juga menemukan teman bicara yang hangat. Mereka berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing, dan tanpa sadar, kedekatan itu semakin terjalin. Ternyata, Dirga dan Kinan baru saja pindah ke apartemen baru yang letaknya berdampingan dengan tempat tinggal Bagas dan Mara.
Seiring waktu, Dirga dan Mara mulai menjalin hubungan yang lebih dalam. Mereka saling mencintai, berbagi impian dan harapan. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, Mara tidak menyadari bahwa suaminya, Bagas, memiliki hubungan terlarang dengan sekretarisnya di kantor. Bagas menyembunyikan kedoknya dengan baik, sehingga Mara hidup dalam kebahagiaan yang semu.
Di sisi lain, Kinan mulai merasakan perubahan sikap Dirga. Suaminya yang dulunya penuh perhatian, kini menjadi pendiam dan sering menghindar. Rasa curiga muncul dalam benaknya, membuatnya melakukan penyelidikan. Setelah menemukan pesan-pesan yang mencurigakan di ponsel Dirga, Kinan merasa hatinya hancur. Ia tidak percaya bahwa suaminya terlibat dengan Mara, wanita yang semula ia anggap baik.
Dengan penuh emosi, Kinan mengkonfrontasi Dirga. “Kenapa kamu lakukan ini kepadaku? Apakah aku kurang memberikan kebahagiaan untukmu?” tangisnya. Dirga, terjebak antara cinta kepada Mara dan tanggung jawabnya kepada Kinan, merasa sangat bersalah. “Aku akan memaafkan semua kesalahanmu, asal kamu tidak bertemu Mara lagi. Kita jalani semuanya dengan seksama, lupakan semua masa lalu yang sudah terjadi,” ungkap Kinan, berusaha menyelamatkan rumah tangga mereka.
Sementara itu, Bagas merasakan tekanan yang sama. Ketika ia semakin dekat dengan sekretarisnya, ia pun menyadari bahwa hubungan tersebut hanya menambah kehampaan dalam hidupnya. Suatu malam, saat pulang ke rumah, Bagas melihat Mara yang tampak bahagia dan penuh kasih. Ia merasa bersalah karena menyakiti hati istri yang selalu mendukungnya.
Dalam sebuah momen, Bagas dan Dirga bertemu di sebuah acara. Mereka berbincang, dan Dirga menceritakan kisahnya dengan Kinan. Bagas, merasakan kesamaan, akhirnya membuka diri tentang masalahnya dengan Mara. Mereka berdua menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa dibangun di atas kebohongan dan pengkhianatan.
Akhirnya, Bagas dan Dirga memutuskan untuk memperbaiki hubungan mereka dengan istri masing-masing. Mereka berusaha untuk saling mendukung dan membangun kembali kepercayaan yang telah hancur. Dalam perjalanan ini, mereka belajar bahwa cinta tidak hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang komitmen dan kejujuran.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa hubungan yang sehat membutuhkan komunikasi yang baik, kepercayaan, dan pengertian satu sama lain. Meskipun jalan yang mereka tempuh penuh liku, harapan untuk membangun kembali cinta yang tulus selalu ada.

