Oleh; Endah Sri Rahayu
17 Februari 2025
Hari ini menerima kabar yang membuat hatiku gamang antara sedih dan lega. Kabar tentang seseorang yang tengah berusaha melepaskan segala kepedihan yang pernah ia genggam erat. Ia, seorang perempuan yang dahulu menaruh harapan pada seseorang yang tak pernah benar-benar hadir akan peran prianya, kini sedang belajar merelakan.
Mungkin, di suatu waktu, ia pernah mengira pilihannya adalah sebuah jalan menuju kebahagiaan. Namun, takdir terkadang begitu licin di genggaman. Pria yang dulu ia percayai ternyata hanya bayangan yang enggan menjadi nyata, meninggalkan jejak yang lebih menyerupai luka ketimbang kenangan. Kini, dengan langkah penuh keberanian, ia memilih untuk pergi dari sesuatu yang seharusnya tak pernah ia pertahankan.
Ini bukan sekadar perpisahan, ini adalah sebuah kebangkitan. Sebuah perjalanan menuju kebebasan yang sesungguhnya. Bukan untuk dirinya sendiri semata, tetapi demi anak-anak yang tak bersalah. Mereka yang tak seharusnya menanggung akibat dari keegoisan orang dewasa.
Aku membayangkan hatinya yang pasti penuh gemuruh. Ada luka yang belum kering, ada duka yang masih mengendap di sela-sela malam. Tapi di balik semua itu, ada cahaya kecil yang mulai menyala. Cahaya dari keberanian, keikhlasan, keyakinan bahwa setiap langkah menjauh dari rasa sakit adalah langkah menuju hidup yang lebih baik.
Aku ingin berkata padanya ‘waktu akan mengobati’. Rintik hujan yang membasahi pipinya akan berganti dengan embun pagi yang lembut. Luka yang ia bawa, kelak hanya akan menjadi cerita yang tak lagi menyakitkan. Ia akan menemukan dirinya yang baru, lebih kuat, lebih utuh. Lantas anak-anaknya?, mereka akan melihat seorang ibu yang tak hanya berjuang, tapi juga menang melawan takdir yang pernah berusaha menjatuhkannya.
Di balik segala perih, pasti ia tahu bahwa ia tak sendiri.

