Dalam suatu kesempatan dalam satu acara dimana saya mendapat kesempatan untuk melakukan sharing, ada satu pertanyaan kepada saya dari seorang peserta. “Bang, sebenarnya Perusahaan itu melihat pegawai itu sebagai aset atai beban yah?” Kemudian dia menambahkan “Seharusnya kita ini kan aset, tapi kok Perusahaan mengurangi beberapa benefitnya kepada pegawai seperti kita ini beban Perusahaan saja.” Saya pun menghela nafas yang panjang mencerna pertanyaan tersebut.
Sebelum saya mengutarakan jawaban saya, maka terlebih dahulu mari kita paparkan bagaimana Perusahaan memandang Pegawai (kedepan akan kita sebut dengan SDM yah). Dalam pandangan Manajemen Sumber Daya Manusia yang dikaitkan dengan hubungan ketenagakerjaan, SDM dipandang sebagai:
- Pada pandangan generasi pertama (MSDM 1.0), SDM dipandang sebagai salah satu faktor produksi. SDM sejajar kedudukannya dengan mesin produksi, modal produksi, material produksi dll. Pada pandangan generasi ini, Kompetensi, sikap kerja, keahlian dan motivasi kerja tidak dianggap sebagai faktor-faktor yang wajib di perhatikan dalam meningkatkan produksi dan peningkatan efisiensi.
- Pada Generasi ke-2 (MSDM 2.0), SDM dianggap sebagai Faktor Produksi yang mempunyai perasaan, dimana pengelolaan SDM menjadi lebih baik dan menjadi sedikit lebih tinggi derajatnya daripada faktor produksi lainnya.
- Selanjutnya pada Generasi ke-3 (MSDM 3.0), SDM di pandang sebagai subjek produksi, dimana sebagai subjek produksi, peran SDM dalam meningkatkan produksi dan peningkatan efisiensi mulai diakui. Pada generasi ini, motivasi dan perilaku kerja SDM menjadi hal yang memegang peranan penting.
- Kemudian di Generasi ke-4 (MSDM 4.0), SDM dipandang sebagai aset perusahaan. Selayaknya aset perusahaan, maka perawatan SDM dalam hal ini adalah peningkatan kompetensi menjadi tambahan previllege SDM yang menjadi tanggung jawab perusahaan.
- Pada Generasi ke-5 (MSDM 5.0) ini, yang merupakan Generasi terakhir, SDM dipandang sebagai mitra perusahaan dalam meraih target-target perusahaan. Tambahan benefit dan peningkatan kesejahteraan pegawai menjadi poin penting dalam generasi ini.
Seluruh pandangan terhadap SDM di atas tidak terlepas dari bagaimana perusahaan memandang SDM untuk meraih target-target perusahaan.
Kita balik lagi dengan pertanyaan di awal, Perusahan memandang Pegawai sebagai Aset atau Beban? Sebelumnya mari kita kembali ke filosofi apa itu aset dan apa itu beban. Secara sederhana, sesuatu bisa di kategorikan sebagai aset bila output yang di hasilkan lebih dari pada input/modal yang di berikan. Sedangkan sesuatu dikategorikan menjadi beban bila lebih besar input/modal yang diberikan dari pada output yang di hasilkan. Contoh, kalo misalnya SDM diberikan gaji dan benefit yang tinggi, tetapi pekerjaan yang di hasilkan sedikit, sikap kerja dan motivasi kerja rendah, sering tidak masuk, menurut kawan-kawan apakah SDM tersebut dikategorikan sebagai aset atau beban??
Atau contoh lainnya, ada 2 SDM yang bekerja di bagian yang sama, yang satu rajin dan output pekerjaannya melebihi target, sedangkan yang satu lagi malas dan output pekerjaannya tidak sesuai dengan target. Menurut kawan-kawan diantara 2 SDM tersebut, manakah yang bisa dikategorikan sebagai aset dan yang mana yang bisa dikategorikan sebagai beban??
Contoh selanjutnya, ada SDM yang di gaji tinggi untuk melakukan pekerjaan A, sedangkan ada TAD yang di gaji secukupnya untuk melakukan pekerjaan A juga dan kedua-duanya hasil pekerjaannya sesuai dengan yang di harapkan. Menurut kawan-kawan, apakah SDM di atas bisa dikategorikan sebagai aset atau dikategorikan sebagai beban??
Dari 3 contoh di atas, maka sebenarnya yang bisa mendefiniskan apakah kita merupakan Aset atau Beban adalah kita sendiri dan caranya adalah dengan menunjukkan pencapaian pekerjaan kita.
Jadi, bagaimana menurut kawan-kawan, apakah Anda adalah Aset atau Beban perusahaan?? kerja keras, kerja cerdas, kerja melebihi ekspektasi, dan jilat terus sampai basah!
Refleksi Diri
5 Februari 2025

